Asal Muasal, Pesta Adat Suku Jerieng Pelangas, Simpang Teritip
Sekitar 262 tahun yang lalu pada tahun 1750 ada seorang berilmu tinggi meminta izin kepada Peri Bukit Penyabung untuk membangun sebuah rumah di daerah Jerieng. Penunggu Bukit Peyabung mengizinkan dengan syarat setiap bulan Muharam harus membawa sesajen ke bukit tersebut. Ringkas ceritanya Kek Adung membawa sesajen ke Bukit Penyabung dan merayakannya yang di pusatkan di Pelangas.
Ritual ini dilaksanakan setiap tahun sampai Kek Adung wafat dan dilanjutkan oleh Kek Weng sampai sekitar tahun 1900-an diteruskan oleh Kek Fit sampai tahun 1920-an dan dilanjutkan Kek Imam sampai tahun 1945, berikutnya digantikan ke Kek Pot sekitar tahun 1950-an, lalu diteruskan oleh Kek Deramen tahun 1966-an dan tahun 1966-an sampai tahun 1998 Ketua Adat dipegang oleh Kek Gebel. Setelah Kek Gebel wafat tahun 1998 maka terhentilah kegiatan Upacara ritual adat yang ratusan tahun dilaksanakan.
Kemudian ketika lembaga Adat Melayu Jerieng diresmikan 24 Oktober 2004 oleh ketua Adat Negeri Serumpun Sebalai Datuk H. Romawi Latif, dengan ketua harian Rdo. Sri Sandi Buman maka ritual kembali dilaksanakan dengan cara dan keyakinan yang berbeda.
Jika ritual adat pada periode sebelumnya dilaksanakan di puncak gunung dengan membawa sesajen dan perayaan di Balai Adat, namun periode ini hanya dilaksanakan di Balai Adat dengan ritual penyembelihan hewan berkaki empat. Ritual ini dimaksudkan perayaan syukur masyarakat atas limpahan rizki dari Sang Pencipta.
Lembaga Adat Melayu Jerieng bekerja sama dengan Pemerintah Desa Pelanggas pada saat pelaksanaan pesta Adat memberikan gelar adat “Radindo (Rdo) kepada tokoh yang di anggap berjasa. Pesta Adat Jerieng ini dilaksanakan pada bulan November setiap tahun, suku Jerieng di desa Pelangas Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat.
Sumber: Dishubparinfokom Bangka Barat